Ramadan: Bulan Kesabaran

Puasa dan sabar mempunyai makna yang sama dari sudut bahasa iaitu imsak ( menahan). Menurut bahasa, puasa ialah, “Menahan diri daripada melakukan sesuatu, baik percakapan ataupun makanan.”

Pengertian puasa daripada sudut bahasa ialah: الإمساك مطلقا (menahan diri secara mutlak). Maksudnya, ia merangkumi semua perkara yang melibatkan penahanan diri baik dalam makanan, minuman, percakapan, perkawinan, dan perjalanan.

Firman Allah  SWT yang menceritakan tentang Maryam:

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang Manusia pun pada hari ini.” (Surah Maryam: 26)

Maksud puasa di dalam ayat ini ialah menahan diri dan diam dari apapun percakapan. Menurut syarak pula, puasa ialah, “Menahan diripada dari perkara-perkara yang membatalkan puasa, dari terbit fajar sehingga terbenam matahari, dengan disertai niat.”

Sabar juga dari sudut bahasa ialah menahan. Dari sudut istilah pula, sabar membawa maksud kekuatan jiwa untuk menahan dari berakhlak buruk apabila munculnya sesuatu. Menurut Kamus Dewan Edisi Empat, sabar ialah betah menahan penderitaan, tidak terburu-buru dan tenang. Selain itu, sabar adalah menahan diri dan membawanya kepada yang dituntut oleh syara’ serta menghindarnya dari yang dilarangnya. Jadi sabar ialah suatu kekuatan daya yang mendorong jiwa untuk menunaikan kewajipan. Disamping itu sabar adalah suatu kekuatan atau daya yang menghalangi seseorang untuk melakukan kejahatan.

Diantara hikmah berpuasa ialah dapat melatih dan menimbulkan kesabaran bagi yang mengerjakannya. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah r.a Rasulullah s.a.w telah bersabda:

اَلصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْر

 “Puasa itu adalah separuh sabar”

Puasa adalah salah satu media untuk melatih dan membiasakan sabar. Jika puasa dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan agama, maka ia akan melahirkan insan yang penyabar. Menjadi manusia yang mampu menghadapi setiap permasalahan dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan agama. Maka orang- orang yang telah terbiasa dengan berpuasa, akan menampakkan kesabaran dalam sikap, tingkahlaku dan langkah kehidupannya sehari- hari.

Rasulullah SAW bersabda.

اِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمَ الْبَلاَءِ وَاَنَّ اللهَ تَعَالَى اِذَا اَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ, فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ  ÙÙŽÙ„َهُ السَّخَطَ. رواه الترمذى

 “Bahwasanya besarnya pahala itu tergantung kepada besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum, maka kaum itu diujinya terlebih dahulu. Maka barang siapa yang rela (sabar) menerima ujian itu ia mendapat keridhaan Allah, dan barang siapa benci (tidak rela), ia mendapat murka dari Allah.” (Hadis Riwayat Tarmizi)

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْاَكْلِ وَالشُّرْبِ اِنَّمَا لصِّيَامُ مِنَ الَّلغْوِوَالَّرَفَثِ. رواه ابن خزيمة عن ابى هريرة عن ابن عمر

“Bukanlah puasa itu dari makan dan minum saja, sesungguhnya puasa itu dari perkataan kotor dan caci maki.” (Hadis Riwayat Ibnu Khuzaimah dari Abi hurairah dari Ibnu “Umar)

Sahabat Nabi bernama Abu Sa’id al-Khudri RA meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahawa Baginda bersabda ertinya; “Barang siapa sungguh-sungguh berusaha untuk sabar, nescaya ALLAH akan memudahkan kesabaran baginya, dan tidaklah seseorang dianugerahi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada sifat sabar.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan  Muslim)

Ibadah puasa dan ibadah sabar punya hubungan yang erat. ALLAH menjanjikan ganjaran pahala yang tidak terbatas kepada orang-orang sabra. Al-Quran dalam Surah Az-Zumar ayat 10, yang bermaksud: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa batas.”

Ini senada dengan ganjaran yang ALLAH janjikan kepada orang-orang yang berpuasa. ALLAH menentukan jumlah ganjaran yang akan diperoleh untuk kebanyakan amal ibadah. Sebagai contoh 10 ganjaran pahala untuk setiap huruf bacaan al-Quran. Begitu juga ganjaran sehingga 700 kali ganda pada orang-orang yang ikhlas bersedekah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ وَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Puasa adalah perisai. Maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat bodoh. Apabila ada orang lain yang memerangi atau mencacinya, hendaklah dia katakan, ‘Aku sedang puasa’ (dua kali). Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah ta’ala daripada bau minyak kasturi. Dia rela meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Satu kebaikan dibalas sepuluh kali ganda.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Allah berfirman, “Semua amal anak Adam baginya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang kalian sedang menjalani puasa janganlah dia berkata-kata kotor dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci atau memeranginya hendaklah dia katakan, ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa.’ Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa jauh lebih harum daripada bau minyak kasturi. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan. Ketika dia berbuka dan ketika dia berjumpa dengan Tuhannya maka dia akan bergembira dengan puasanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab as-Shiyam)

Sebaliknya untuk ibadah puasa, Allah merahsiakan ganjaran yang akan diberikan. Kata nabi dalam satu hadis, maksudnya; “Semua amal (soleh yang dikerjakan) manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan (diberi ganjaran) 10 sampai 700 kali ganda. Allah Taala berfirman: “Kecuali puasa (ganjarannya tidak terbatas), karena sesungguhnya puasa itu (khusus) untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran (kebaikan) baginya.” (riwayat Imam al-Bukhari & Imam Muslim)

Seorang sarjana Islam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa dengan sifat sabar dalam ucapan beliau:

 “Sabar itu ada tiga macam:

(1) sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,

(2) sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkanNya, dan

(3) sabar dalam menghadapi ketentuan-ketentuanNya yang tidak sesuai dengan keinginan.

Ketiga-tiga bentuk sabar ini terkumpul dalam ibadah puasa, kerana dengan berpuasa, kita semestinya bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan bersabar dari semua keinginan syahwat yang diharamkanNya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam menghadapi beratnya (rasa) lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang yang berpuasa”

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, kerana segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu’min: iaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa perkara tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa perkara tersebut merupakan  terbaik bagi dirinya." (Hadis Riwayat Muslim)

Disediakan oleh:

Ustaz Khairuddin Bin Haiyon
Penolong Pengarah Unit Penerangan & Penerbitan
Bahagian Dakwah JAIS